Title: Tears.
Author: @gdssi
Casts: Kwon Jiyong, you (female).
 
Pemuda itu memasuki rumah sakit dengan perlahan, tote bag di tangan kanan, dan sebuket kecil bunga di tangan yang lain. Sepertinya salju yang dingin mengikutinya, wajahnya terlihat kedinginan, lebih tepatnya mungkin terlalu lelah. Namun, ia tetap berjalan melewati meja resepsionis dan berjalan ke lantai atas. Sudah beberapa bulan sejak kunjungan terakhirnya dan itu menyakitkan baginya karena telah pergi begitu lama.

Begitu ia mencapai lantai atas, ia langsung melangkahkan kakinya ke ruangan yang telah ia kunjungi berkali-kali dalam satu tahun terakhir atau lebih—mungkin dua. Ia mengambil nafas dalam-dalam lalu membuka pintu perlahan meskipun ia tau bahwa itu tidak mungkin mengggangu penghuni ruangan ini.

Kwon Jiyong berhenti di ambang pintu untuk mengedarkan pandangannya ke seluruh titik di ruangan, yang tidak berubah dalam empat bulan sejak kunjungan terakhirnya. Respirator, monitor jantung, dan peralatan medis lainnya yang diperlukan berdiri di sisi tempat tidur, berbagai kabel bermacam warna terlihat berantakan di sisi bawah selimut untuk menjamin kelangsungan hidup wanita muda itu. Tatapannya terkunci saat melihat wajahnya, wajah yang sama seperti ia ingat.

Penyanyi itu duduk di kursi yang disediakan di ruangan itu, hatinya senang bahwa belum ada yang menjenguk hari ini, meskipun ada tanda-tanda bahwa yang lain telah berada disini dalam beberapa hari terakhir. Beberapa balon dan kartu, semuanya berisikan “Happy Birthday”. Ia memutuskan untuk meninggalkan tote bagnya untuk sementara di meja kecil disamping tempat tidur. Ini adalah rutin sang penyanyi, ia telah melakukannya seminggu sekali, setiap minggu sampai hari ulang tahunnya, ketika kehidupan menyusulnya, dan ia mendapati dirinya kekurangan waktu untuk mengunjungi orang yang dicintainya lebih dari hidupnya sendiri. Setelah ia membereskan bunga yang duduk manis dijendela, isi tote bagnya terungkap: strawberry shortcake.

Pemuda itu tetap memegang kue tersebut sampai ia kembali ke kursinya, kue itu dengan nyaman beristirahat di pangkuannya.

“Selamat ulang tahun. Maaf itu sudah begitu lama.”

Dia berbicara riang, berusaha sebaik-baiknya untuk menahan emosinya. Dia tau orang yang diajaknya berbicara tidak akan bisa menjawab, itu tidak mungkin, jiwanya berada di surga dan satu-satunya hal yang menjaga tubuhnya adalah mesin yang terhubung padanya. Namun, ia seakan lebih memilih untuk berbicara dengannya, Jiyong tidak membuat keluhan, untuk saat ini, ini adalah hal yang mestinya terjadi.

“Ingat bagaimana aku berkata aku berhasil masuk ke YG Entertainment? Mereka menjadikanku sebagai trainee. Papa YG adalah orang yang baik, dia berkata bahwa aku tidak perlu mengkhawatirkan tentang biaya kuliah dan aku bahkan mampu memberli apartemen baru.” Ia berkata dengan tenang hal-hal yang dialaminya empat bulan terakhir, ia tertawa memikirkan hal-hal kecil, peristiwa dimana dia berharap dia bisa melihat kejadian-kejadian itu lagi: Seunghyun mabuk pada bulan September, Chaerin memintanya berkencan beberapa minggu lalu, Daesung dan Minzy yang mendukungnya bersama-sama berkata bahwa dia akan pulih.

“Apartemenku dekat dengan gereja, jadi kau bisa pergi ke gereja jika aku punya waktu, tapi kebanyakan aku di kampus atau latihan. Aku hampir tidak punya waktu untuk mengurus anjing kita, jadi dia biasanya bersama Seunghyun, atau kadang-kadang bersama Chaerin.” Saat ia melanjutkan, Jiyong mulai merasakan air mata di matanya, napasnya seperti terjebak dalam suatu halangan setiap beberapa kata. “Chaerin juga datang bersama seorang juru masak, dia mungkin hampir sama bagusnya denganmu sekarang.” Bukannya tertawa, ia malah mengeluarkan air matanya, persetan dengan apapun, dia hanya ingin menumpahkan semua air matanya.

Dengan lembut, ia mengulurkan tangannya, yang besar, menggenggam salah satu tangan mungilnya. Hanya sekarang dia menyadari bahwa dia sudang semakin kurus. Bahkan wajahnya, tulang pipinya semakin terlihat. Bahkan jika dia masih hidup, mungkin dia perlahan-lahan merosot, kemungkinan  besar karena tidak ada jiwa yang ada untuk memberikan tubuhnya kehidupan,

“Aku merindukanmu. Aku merindukanmu saja sudah cukup untuk membuatku merasa hilang. Karena aku melihatmu dalam mimpiku, mengawasimu sendirian.” Suaranya perlahan-lahan memberat. Isak tangisnya semakin terdengar, dia menghembuskan napas. “Dan sekarang aku… akhirnya aku kembali ke sini, melihatmu seperti ini… dan itu hanya terasa seperti meninggalkanmu, lagi.” Seharusnya ia tidak menyakiti dirinya sebanyak ini, seharusnya tidak ada salahnya untuk hanya melihat orang yang paling berharga dan merasa dunia telah menghancurkan sekitarmu.

“Tolong… jangan pergi… Hanya, silahkan pergi dan kembali segera.” Pinta Jiyong, karena perempuan yang dicintainya tampak berada di tepi kematian. “Kau lebih kuat dari setiap orang, dan aku tau… aAku tau kau ingin melindungi semua orang, tapi setidaknya kau harus—“ permohonannya berhenti, tangannya mengusap matanya, yang ia nyaris tidak menyadari hal itu. Melalui air mata, ia bisa melihatnya, hanya nyaris, tangan kecil perempuan itu mencoba untuk memegang salah satu tangannya yang jauh lebih besar. Dan air mata dan isak tangis berlanjut, hanya saja kali ini, suka cita memicu mereka, bukan kesedihan yang menghancurkan seperti sebelumnya.

“Bahkan jika aku tidak ada sini, di ruangan ini,” bisik pemuda tersebut, senyumnya terlihat menyedihkan. “Aku akan selalu berada disini, disisimu, dan aku tidak akan meninggalkanmu. Aku akan menunggu selama yang kau butuhkan…”

 
 
Title: My Destiny?! [Part 1]

Genre: apa ya……… yang jelas ini random bin absurd.

Cast: – All 2NE1 and BIGBANG member

[ Hoy, ini FF terpanjang yang gue buat. Karena masih berlanjut dan lagi gue lanjutin. semalem gue sampe mimpi GD sama Seungri segala gara-gara bikin FF ini =_= dan bagi yang merasa gasuka kalau biasnya di absurdin, maka jangan baca FF ini HAHAHAHAHAHA. selamat membaca!]

~

Halo, namaku Minzy. Yap, aku masih 16 tahun namun aku sudah duduk di bangku kuliah. Tempat kuliahku ini lebih seperti sekolah sih, sekolah para orang jenius. Tapi menamakan diri sebagai universitas. Hmm, mereka bilang aku jenius karena aku dapat masuk ke universitas itu pada umurku yang sangat muda ini. Namun mereka salah. Itu karena aku berusaha agar aku berada jauh didepan teman-teman seumurku. Aku benci mereka. Mereka bilang aku jelek dan bodoh, dan mereka sering bilang seniman itu otaknya kosong (dengan lirikkan pedas padaku karena seluruh anggota keluargaku berprofesi sebagai seniman). Dan aku ingin membuktikkan kepada mereka bahwa mereka salah. Dan yap, aku sudah membuktikannya sekarang.

Guru-guru sekolahku sering bilang aku memiliki cara berpikir analisis-logis-realistis yang luar biasa. Padahal menurutku kata-kata itu cukup lebay! Aku hanya membuka mataku, telingaku dan mulutku untuk lebih perhatian dengan lingkungan, lebih update dengan segala hal yang telah terjadi di dunia dan mengatakan segala fakta nyata dan ide-ide serta kritis dalam segala hal. Itu kunci kesuksesanku.

Banyak orang yang bilang “aku ingin sepertimu, minzy-ah~!” dan rata-rata dari mereka adalah orang yang tak memiliki cita-cita dan hanya bisa melihat kesuksesan dari orang lain. Pffft kasihan.

Ah iya kembali ke topic awal pembicaraan, yap aku sudah bisa membuktikkan bahwa seniman tidaklah bodoh. Tapi………satu hal yang mereka tidak tau, aku bukanlah seniman seperti para anggota keluargaku yang lain. Entahlah, aku tidak mendapatkan jiwa seni seperti yang dimiliki keluargaku. Aku iri dengan satu hal itu.

Aku sering mencari tau bagaimana supaya aku bisa mendapatkan jiwa seni seperti mereka. Aku mencoba menyanyi, namun aku merasa kemampuan vokalku jelek. Aku mencoba menari, namun kurasa…entahlah, aku tidak suka. Menggambar? Ah aku tidak bisa menggambar.

Namun aku akan menemukannya nanti.

**

“HHAAAIIIGGHHOOOOHHH!!!!!!!!” teriak para ahjumma dan ahjussi sambil bergerombol didepan apartemen besar. Aku menoleh karena terkejut. Entah kejadian aneh apalagi yang akan menimpa di hari pertamaku kuliah ini. Tadi pagi eomma terpeleset mobil-mobilan milik adik, lalu menabrak appa yang sedang mambawa secangkir penuh kopi panas yang langsung tumpah ke kepala botak aboji yang sedang duduk sambil membaca Koran. Jadi disaat itu juga adikku menangis karena mobil-mobilannya rusak, eomma marah-marah karena adikku menaruh mobilnya sembarangan, appa marah-marah ke eomma sekaligus dimarahi habis-habisan oleh aboji. Karena tak mau ikutan tertimpa musibah beruntun itu, maka aku melarikan diri dan bergegas ke kampus.

“HAIGOOOHHH! HAIGOOOHH!!!” jeritan ahjumma yang makin menggila itu membuatku penasaran.

“HEI KAU TURUN DARI SITU, LELAKI GILA!” seorang ahjussi menunjuk-nunjuk ke arah lelaki yang sedang memanjat apartemen tanpa menggunakan alat bantu apapun.

“Dia sedang apa?” tanyaku refleks.

“Entahlah, mungkin dia mau bunuh diri atau apa, mungkin dia orang gila” Jawab ahjumma yang berada di samping ahjussi itu.

Aku membetulkan kacamataku yang melorot dan aku mencoba memfokuskan penglihatanku ke lelaki yang katanya gila itu.

Ah iya, sepertinya memang lelaki gila. Rambutnya berantakan. Ia menggunakan sweater abu-abu dan kemeja pink. Rambutnya berantakan dan ia tersenyum-senyum sambil memanjat apartemen yang super tinggi itu. Aku mencoba menebak-nebak kenapa ia gila, apa karena diceraikan oleh istrinya? Atau karena ia telah di PHK?

Aku melirik jam tanganku, ups, hari pertama tidak boleh telat. Aku menarik diri dari kerumunan ahjussi dan ahjumma yang asyik menonton atraksi orang gila memanjat apartemen tersebut. Sesekali aku melirik ke arah apartemen besar tersebut, sudah berhasil memanjat sampai mana dia? Kkk aku penasaran apa yang ia lakukan setelah ia sampai di gedung atas.

“KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!” suara teriakan ahjumma melengking membuat kupingku berdengung, aku melirik lagi ke arah orang gila diatas apartemen itu. Oh dia sudah sampai di lantai paling atas apartemen. Tepatnya diatas atap apartemen.

Eh tunggu, dia sedang apa sih? Dia mau meloncat? Benarkah dia mau bunuh diri?

“HAI ANAK MUDA, KAU TIDAK BOLEH BUNUH DIRI! BAGAIMANA DENGAN KELUARGAMU?!” Teriak ahjussi berkepala plontos.

“Aiiish kenapa kalian semua cerewet sekali?!” jawab orang gila itu sambil tersenyum-senyum. Benar-benar sudah gila.

“Hei kau wanita muda! Tolong bujuk dia! Kenapa kau malah melarikan diri?!” Aku menoleh karena merasa peringatan ahjussi itu ditujukan untukku. Aku menyipitkan mata. Para kerumunan orang-orang berkepala tiga dan empat itu memberikan ekspresi “dasar anak muda yang tak peduli dengan manusia lain”-padaku.

Karena aku merasa tersudut dengan tatapan mereka, dengan berat hati dan untuk menjernihkan kembali image-ku dimata para ahju tersebut, maka aku berjalan dan menggabungkan diri dengan mereka, dan ikut berteriak kepada orang gila itu.

“HEI KAU, KAU SUDAH GILA?” teriakku. Tak begitu jelas posisi orang gila itu saat ini. Dia seperti membelakangi kami, seperti duduk di pinggiran atap apartement itu.

“KAU TIDAK PUNYA TELINGA?!” teriakku lagi. Dengan nada kesal. Aku tidak akan bisa keluar dari kerumunan orang-orang ini sebelum orang gila itu turun, karena kalau tidak, aku akan terus merasa bersalah dengan tatapan-tatapan “dasar anak remaja jaman sekarang” para ahju-ahju ini.

Orang gila ini tidak mendengarkanku. Aish, menyebalkan.

Aku berjalan dengan gaduh menuju kedalam apartement yang lumayan besar ini, menaiki ratusan tangga dan hingga akhirnya aku mencapai atap apartement yang bentuknya seperti lapangan.

Dan oh itu dia orang gila berambut acak-acakan itu.

Dia sedang terlentang. Apa yang dia lakukan?

Tunggu dulu, dia………dikerumuni kucing-kucing……

Apa yang kucing-kucing itu lakukan…? Mengapa para kucing tersebut mengendus-endus badan orang gila itu?

………………Apa dia sudah mati?! Lalu kucing-kucing itu ingin memakan mayatnya??!!

“HUUSSHHH!!! HUSSSHHH!!!” usirku refleks kepada segerombolan kucing yang menaiki badan orang gila itu.

“kucing!! Jangan makan mayat manusia!! Hussshhh!!!!” Sedikit demi sedikit beberapa kucing telah menyingkir dari badan orang gila itu.

Orang gila itu tergeletak lemas. Matanya tertutup. Sepertinya benar, orang gila ini benar-benar sudah mati……

“Ya! Kau sudah mati??!!” Kataku dengan bodohnya. Benar-benar bodoh karena aku merasa seperti berbicara dengan sesuatu yang tak akan menjawabnya, sekalipun dijawab………… yah kau taulah, dia orang gila!

Mata orang gila itu tiba-tiba melotot. Aku meloncat karena kaget. Hampir saja jantungku seperti mau copot.

Orang gila itu terduduk. Kemudian melihatku sekilas. Lalu mengeluarkan sesuatu yang aneh dari kantung sweaternya. Seperti biji-biji apalah itu. Para kucing mendekatinya, kemudian memakan biji itu. Oh aku faham, itu makanan kucing.

Aku masih terheran-heran melihat orang gila ini.

Deg! Orang gila menoleh padaku, menatapku dengan matanya yang menyeramkan itu. aku bergidik ketakutan, entah kenapa keringat dingin muncul. Apa yang akan dilakukan orang gila ini padaku…? Sungguh, aku sangat takut. Ah tapi berpikirlah positif minzy, bagaimanapun orang gila ya orang gila. Yang akan ia lakukan hanyalah melakukan hal bodoh. Tapi bagaimana kalau dia akan mendorongku hingga jatuh dari apartemen..? bukankah itu tindakan bodoh juga..? bagaimana kalau diamenendangku hingga jatuh dari sini? Paling buruk……….bagaimana kalau dia memerkosaku??!!!

“Hei, kau mau?” Orang gila menawarkan makanan kucing yang ada di genggaman tangannya. Aku melongo.

“Kau tak mau? Ini penuh gizi!” Kata orang gila itu, lalu memakan satu butir makanan kucing tersebut. Ewh. Benar-benar gila.

Maka sebelum aku ikut tertular kegilaannya, maka aku menjauh beberapa meter darinya.

Dari sini aku melihat pertunjukan spektakuler: orang gila dan segerombolan kucing saling berbagi wishkash dan memakannya bersama-sama.

Baiklah, sudah cukup. Aku merasa bahwa sedetik lebih lama disini aku malah akan ikut bergabung dalam pesta makan mereka.

Aku pergi menuruni apartement, oh gerombolan para ahju yang penasaran dengan orang gila itu sudah tidak ada. lalu dengan leluasa dan sedikit tergesa aku menuju ke kampusku.

**

“Selamat pagi para mahasiswa dan mahasiswi baru kampus tercinta kita. Semoga pagi ini kita mendapatkan sebuah keajaiban, sebuah ide cemerlang yang bisa membangun bangsa……” hoaam, aku bosan. Tidak beda dengan sekolah, kenapa harus ada upacara sambutan pagi seperti ini? Tidak asyik. Dan mengapa pidato selalu berbentuk seperti ini? Maksudku dengan nada yang membuat ngantuk dan intonasi naik turun yang seakan membuat tubuh melayang dan akhirnya malah akan membuat kita tertidur pulas, seharusnya ada metode pidato yang efektif sehingga kita akan merasa senang menerima pidato tersebut. hmm..

“……Kalian yang berada disini adalah para manusia yang terpilih dan berbakat, dan juga memiliki kecerdasan yang tinggi, yang akan bersaing satu sama lain di masa depan…………” wah aku merasa terpanggil dengan sebutan ‘memiliki kecerdasan yang tinggi’, pffft.

“……maka dari itu, kalian harus berbangga dan terus memperjuangkan masa depan kalian.” Para mahasiswa dan mahasiswi bertepuk tangan tanda pidato telah berakhir. Aku ikut bertepuk tangan. Sudah beberapa kali menguap mendengar pidatonya yang super panjang itu.

“Baiklah, kali ini ada sambutan dari Prof. Seunghyun sebagai pidato terakhir sekaligus penutup upacara sambutan mahasiswa baru. Sihlahkan, professor..”

“KYAAAAAAA SEUNGHYUN-AAH” eh? Ada apa dengan reaksi para yeoja ini?

“KYAAAAAAAAAAAAAA” Aduh ini aneh, mengapa para yeoja ini berteriak histeris begini? Apa prof. seunghyun adalah actor? Apa dia tampan? Aneh sekali, ini professor loh. Tidak mungkin kan para yeoja menggilai Proffesor tua berambut putih dan berkacamata tebal? Tidak mungkin.

“Good Morning, everybody..” Terdengar suara berat menggema dari mic. Oke, ini tidak terdengar seperti suara seorang lelaki remaja yang baru pubertas. Aku mencoba beberapa kali melihat ke atas panggung, tapi orang-orang didepanku ini jauh lebih tinggi dariku. Aish, aku penasaran seperti apa Prof. seunghyun ini.

“Everybody here please stand up, and lemme said something. Yo gurls and boys ya know who am I? Imma seunghyun-ssi, girl call me seunghyun-ahh~!” ….mulutku ternganga mendengar Prof. tua itu malah ngerapp di atas panggung… dan teriakan wanita-wanita ini makin membuat telingaku nyeri. Baiklah, aku tau sekarang mengapa professor ini digilai para wanita. Namun tetap saja, aku tak dapat melihat wajahnya.

“Einstein can make wonderful thing, how about us? Yes we can!”

Karena pnesaran, maka aku menyerobot barisan depan dan akhirnya berada di barisan paling dekat dengan panggung. Dan ketika aku mendongak…

“Galileo, Aristoteles, Graham bell! Next? You’ll hear ma name~!” aku sangat terkejut melihat seorang pria setinggi 170-an di atas panggung yang sedang ngerapp ini.

“……orang gila??!!!” Kataku kaget. Untung saja aku mengatakannya dengan volume yang rendah. Tapi sungguh, dia ini, yang ada dihadapanku ini, adalah orang gila yang makan wishkash bersama kucing-kucing di atap apartemen tadi pagi! Aku yakin! Aku tidak salah lihat!! Hanya saja rambutnya sudah dirapikan, dan ia memakai kacamata serta jas abu-abu. Masih dengan kemeja pink yang tadi pagi ia pakai. Aku melongo. Ia masih terus ngerapp dan saking cepatnya, aku tidak menangkap apa yang ia katakan. Hanya beberapa kalimat, yang pasti isinya tentang para tokoh ilmuwah bersejarah. Entahlah.

“..Goodbye and adios~!” Orang gila- maksudku prof. seunghyun kemudian mem-bow dan langsung pergi ke meninggalkan panggung. Sorak soray para yeoja seperti sedang menonton konser bergerumuh memantul kesana kemari. Aku-masih-melongo. Biar aku simpulkan lagi, jadi orang ini adalah orang gila pemakan wishkash-professor-dan sekaligus rapper?………… baiklah, aku masih tidak mengerti.

Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang sangat panjang untukku.

**

“Minzy, ne?” Panggil seorang lelaki dengan lingkaran hitam di matanya.

“Ne? Apa aku mengenalmu?” ku telusuri detail wajah lelaki di depanku ini, namun tetap saja aku merasa tak mengenalinya.

“Tidak, kau tak mengenaliku.” Jawabnya dengan wajah mengantuknya itu.

“Eh? Lalu?” Lelaki itu tidak menjawab. Tiba-tiba ia nyengir, lalu mengulurkan tangannya sambil membuka matanya lebar-lebar.

“Lee Seunghyun! Call me Seungri!” Katanya. Aku melongo, kemudian menyambut uluran tangannya dan ikut berkenalan “Gong Minzy imnida..” kataku sopan.

“aku bisa merasakan masa depanmu……” Seungri meraba-raba telapak tanganku, aku yang bingung hanya bisa diam sambil melihat apa yang ia lakukan pada tanganku. Makhluk aneh apa lagi ini?!

“Masa depanmu……seorang pria di masa depanmu… pria aneh… Professor Seunghyun?!” Seungri mendelik. Aku lebih parah. Sambil melongo dan melotot, aku tarik tanganku dari makhluk aneh bernama Seungri ini kemudian menatapnya sinis.

“Kau ini, jangan berpira-pura bisa meramal! Aku tidak percaya ramalan!” Yap, aku tidak suka ramalan karena ramalan itu tidak realistis. Jika 12 zodiac bisa mewakili sifat lebih dari 1 miliar orang di dunia, perpecahan pasti sangat mudah untuk diatasi dong, kan ide dan pemikiran seseorang akan sama dalam perbandingan 1:12. ah sudahlah, yang jelas ramalan itu tidak dapat dipercaya.

Aku hampir melangkah pergi, namun kemudian makhluk bermata panda itu menarik tanganku lagi.

“Aigoo, kenapa lagi?!” Sentakku sebal.

“Minzy, kau tipeku……” Aish ada apa lagi orang ini?!

“Kau bilang aku tipemu, namun kau meramal bahwa professor Seunghyun adalah pria masa depanku, kau bagaimana sih?!”

“Jadi kau percaya bahwa aku bisa meramal?”

“Kau gila!” segera aku memelintir kulit tangannya sehingga sukses membuat ia melepaskan cengkraman di tanganku dan jeritan kesakitannya menggema di lorong kampusku ini.

Aku segera kabur dan masuk ke kelas sebelum dia melakukan hal aneh lagi.

**

“Kiko-chan!” Aku menoleh walaupun aku bukan orang yg dipanggil. Itu juga refleks. Karena tidak ada siapa-siapa lagi di sepanjang koridor kampus ini selain diriku. Kebetulan juga kelas sudah selesai.

“Ah, maaf salah.. kukira kau kiko.. rambutmu mirip..” Kata laki-laki dengan wajah berantakan dan terlihat sedikit mabuk.

“Ah, ne..” Kataku sambil lalu mencoba berlalu. Entah kenapa aku ada firasat buruk disini. Sepertinya harus segera pulang atau akan bertemu dengan makhluk aneh aneh lagi seperti tadi.

Baru beberapa meter menjauh aku mendengar suara benturan keras dari belakang. Astagaaa! Laki-laki itu terjatuh!

“Ommo!” Kataku shock lalu mendatangi laki-laki kurus ini.

“Kiko…… Kiko-chan… ” Gumamnya. Aku penasaran dengan gadis bernama Kiko yang laki-laki ini sebut dari tadi. Sepertinya benar-benar orang yang penting baginya. Dan sepertinya ia memiliki masalah dengan gadis bernama Kiko ini.

“ahjussi, gwenchana?” tanyaku. Lelaki itu melotot.

“YA! AHJUSSII??!! Aku tidak setua itu!!” lelaki yang lemas itu tiba-tiba langsung bangun.

“Eheheh maaf, habisnya wajahmu berantakan begitu…” kataku nyengir sambil memfokuskan penglihatanku ke jenggot dan kumis tipis lelaki ini.

“ah ne, aku hanya belum bercukur.” Katanya. Aku mengangguk sambil membulatkan bibirku.

“….sebenarnya aku juga belum mandi 5 hari..” kata laki-laki ini sambil mencium ketiaknya sendiri. aku menyerngitkan wajahku. Astaga lelaki ini…

“ah dibagian sini kotorannya menggumpal..” katanya lagi sambil melontokki(?) kulit mati kotor yang biasa disebut daki di tangannya. Aku melongo……

“HEH KAU AHJUSSI JOROK! PULANG DAN MANDI SANA!” bentakku.

“Aku tidak mau pulang sampai Kiko yang menjemputku……” Katanya lemah sambil menyayukan matanya. aku menatapnya sinis.

“Ahjussi, pantas saja wanita yang kau sebut Kiko ini meninggalkanmu, kau namja yang manja dan cengeng begini. Jorok lagi. Dia juga mikir 2 kali lah untuk menjemputmu. Kau bau! Kau pasti akan mengotori mobilnya!”

“ehehe kau pikir begitu?” kata lelaki ini sambil menggaruk rambutnya. Aku memperhatikan rambutnya. Tunggu… ada sesuatu bergerak-gerak disitu. Aku mendekatkan mataku untuk melihat lebih dekat ke rambutnya. Sebuah hewan kecil-hitam bergerak-gerak di kulit kepala lelaki ini…

Pluk! Hewan ini lompat ke rambutku!

“KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA KUTUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU!!!! AAAAAAAAAAAAA LOMPAT KE KEPALAKUUUUUUUUUU AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA”

**

Aku keluar dari salon paling mahal di korea. Dengan wangi lavender di rambutku. Dan bersama ahjussi yang ternyata senior di kampusku ini dengan badan yang sudah bersih, wangi, jenggot dan kumis yang sudah dicukur dan rambut yang bersih serta setelan baju baru.

“Minzy-aaah~ terimakasiiih hehe” Katanya nyengir. Di salon tadi kita berkenalan. Karena itu ia sudah tau namaku sekarang.  Dan namanya adalah Kwon Jiyong. Aku melihatnya sinis.

“Bertemulah dengan gadis bernama Kiko itu dengan keadaan bersih begini. Apapun kesalahanmu, dia pasti memaafkanmu..” kataku bijak. Jiyong mengerutkan dahinya.

“eh? Kau kira aku bertengkar dengannya?” heh?

“bukankah begitu? Sekali melihat saja aku sudah tau” kataku.

“ah aniya, Kiko meminjam mobilku sebentar. Katanya kucingnya kabur dari rumah. Dia panic lalu ingin mencarinya segera..”

Aku terbengong-bengong lagi.

“lalu untuk apa kau tidak mandi 5 hari?” tanyaku.

“aku hanya malas saja ehehehehehehe” Kata lelaki ini sambil nyengir. Aku melotot. Melongo.

“YA!!!” baru saja aku mau marah-marah tapi Jiyong sudah kabur dan berlari kencang sekali meninggalkanku. Aish! Laki-laki aneh! Ah gila! Aku ditipu! Aku sedah menghabiskan banyak sekali uang untuknya. Padahal maksudku ingin menolong, tapi……ternyata tak ada apapun yang harus ditolong! Aakh!

“Hei bocah, kau tidak pulang?” Seseorang menepuk pundakku dari belakang. Aku menoleh. Hampir saja melompat saking shocknya. Ini dia laki-laki pemakan wishkash-rapper-sekaligus professor gila yang mengawali kejadian anehku hari ini.

“Ah, Prof. Seunghyun-ah.” Kataku mencoba sopan dan berpura-pura tidak terkejut. Sebenarnya dalam hatiku banyak sekali yang ingin ku tanyakan, seperti apakah dia rapper? Apakah dia benar-benar lelaki yang makan wishkash diatas gedung apartemen tadi pagi? Apakah dia benar seorang professor?

“Iya, aku rapper bername stage T.O.P dan lelaki yang makan wishkash bersama kucing di atas apartemen tadi. Yap, aku professor muda. Professor seni. Senang bisa bertemu denganmu Miss. Gong Minzy.” Kata Prof. Seunghyun. Tunggu dulu…… dia membaca pikiranku?

“Yap, aku membaca pikiranmu.” Aku melotot. B…B…Bagaimana bisa..?!!

“Karena aku jenius.” Aku menepuk jidatku.

“Ya! Berhenti membaca pikiranku!” Kataku.

“Ah ini terjadi secara alami, Miss. Gong. Dalam sejarah keluarga Choi, biasanya kami hanya bisa membaca pikiran orang yang bersangkutan dengan masa depan kami.”

Heh?! Apa mak-

“Ya maksudnya bisa jadi jodoh kami atau keluarga kami yang terpisah.” Jawabnya bahkan sebelum aku berpikir lagi. Aku menganga.

Jadi aku jod-

“Iya kemungkinan kau jodohku.”

Tap-

“Bagaimana lagi, kalau jodoh ya harus menerima.”

BERHE-

“baiklah aku akan berhenti membaca pikiranmu..”

-_-

Prof. Seunghyun tersenyum dengan tatapan teduh padaku. Kemudian terkekeh pelan dan menggandeng tanganku. Aku terkejut. Rasanya ada sesuatu yang mengganjel di hatiku. Entah kenapa aku cuma bisa pasrah digandengnya.

Astaga, sepertinya hari ini memang hari tergila sepanjang hidupku.

Tapi kalau dilihat-lihat dari belakang, dia cukup tampan. Tampan sekali malah. Badannya juga bagus. Tinggi dan tegap. Ku akui ia memiliki fisik yang sempurna. Namun sepertinya otaknya sedikit memiliki pergeseran posisi dari yang seharusnya.

“terimakasih pujiannya.” Ah makhluk ini membaca pikiranku lagi.

Prof. Seunghyung membawaku ke pantai. Ah bukan pantai, apa ya, ke dinding pembatas antara laut dan daratan. Ia naik ke atas dinding itu, kemudian dengan membuatku sangat shock, dia menggendongku naik ke atas dinding itu juga. Seperti seorang kakak menggendong adiknya sendiri. Lalu ia menatap lurus ke arah laut biru yang luas itu sambil tersenyum-senyum sendiri.

“Kau tau laut itu terbuat dari apa?” Tanya Prof. Seunghyung.

“Mmmm, air garam dan beberapa kandungan zat lain kan?” Kataku.

Prof. Seunghyun terkekeh lagi. Kali ini suara kekehannya cukup aneh.

“Kau terlalu kaku, Miss. Gong.” Aku menoleh ke arahnya. Bingung.

“Coba kau lihat sekarang ke arah laut itu, ada berapa banyak warna yg kau liat?” Tanyanya lagi.

“Ngg…aku hanya melihat biru..” Jawabku.

Prof. Seunghyung memegangi kepalaku, memajukan kepalaku secara perlahan ke arah laut. Apa yang ia lakukan?

“coba perhatikan lagi. Kau liat baik-baik, warna apa saja yang kau lihat disana?” Akhirnya ku perhatikan lagi laut yang ada didepanku. Ah iya, sepertinya tidak hanya biru. Ada bermacam-macam biru. Kalau diperhatikan lagi banyak juga warna hijau. Dan pantulan dari langit yang berwarna keoranyean. Aku suka warna hijaunya. Hijau toska. Ada warna merah juga. Tunggu dulu, di dalam sana banyak warna abu-abu. Ah, itu warna ikan yang sedang berenang di dalamnya. Benar, banyak sekali warna yang terkandung di dalam laut. Aku tidak pernah memperhatikannya sebelumnya.

“Ada banyak sekali warna kan?” Aku melirik ke arah Prof. Seunghyun sambil mengangguk.

“Kau hanya melihat sesuatu dari sisi luarnya saja, Miss. Gong. Karena itu kau bukan seniman.” Prof. Seunghyun melepas tangannya dari kepalaku. Aku masih melihat ke arah laut yang sepertinya mau pasang.

Ku rasa ia benar. Aku melihat sesuatunya dari luar saja. Aku memperhatikan orang lain dan mempelajarinya. Tapi tidak merasakan apa yang orang lain rasakan dan menutup hatiku dengan orang lain. Aku masih harus banyak belajar.

“kau mudah berintropeksi diri ya, Miss. Gong. Baiklah aku pergi dulu, masih banyak urusan.” Prof. Seunghyun lompat dari dinding dan lalu berjalan meninggalkanku.

Semakin ia jauh, semakin ia mempercepat langkahnya, semakin aku berharap ia menoleh padaku sebentaaaar saja.

Ah tunggu, ada apa denganku? Apa aku jatuh cinta dengan orang gila itu?

- to be continued -