tittle : triste
cast : 
  1. Jung Soo Jung
  2. SHINee member

Rating : PG +15

Type : two shoot

Genre : Sad romance (?)

NB : ini cerita milik saya ngopi awas xD

twitter : singerkwangmin
---------------------------------------------------------------
Wanita berambut pirang itu sedang mencoba beberapa gaun pengantin yang akan digunakannya pada hari pernikahannya nanti. “yak! Adakah yang lebih bagus daripada ini?” seorang pria memperhatikan kegiatan wanita tersebut sambil tersenyum geli. Wanita itu menoleh dan tersenyum lebar melihat calon suaminya berada di depan pintu. “aku suka sekali warna ini chagi” katanya sambil memeluk leher Kim Kibum. “kau selalu tampak manis dengan baju apapun Jung Soo Jung” katanya sambil tersenyum.

            Aktifitas mereka terganggu oleh suara telepon yang masuk. “yobseo” kata Kim Kibum. Raut wajahnya berubah menjadi sangat serius dan dia terlihat mengangguk dan sesekali terdengar suara “hmm.. nee” seakan sedang mendengar penjelasan seseorang diseberang sana. “waeyo?” tanya wanita berambut pirang itu sambil memegang kedua pipi Kim Kibum. “kita kerumah sakit sekarang ya chagi” kata Kim Kibum lembut. Jung soo Jung, wanita pirang itu mengerti bahwa saatnya untuk bertemu dengan seseorang.

******

            “keadaannya tidak berubah” kata dokter sambil sesekali memperhatikan seseorang yang terbaring lemah dihadapannya. “tidak adakah cara untuk menyelamatkannya?” tanya Kim Kibum sambil memijat pelan keningnya. “kami akan mencoba semampu kami” kata dokter itu sambil tersenyum. Tiba-tiba suara itu terdengar pelan, “lee jinki, lee taemin, choi minho”. Lirih, pelan, namun tertangkap jelas oleh Kim Kibum dan Jung Soo Jung. Dokter seakan mengerti keadaannya dan dia pamit untuk kembali keruangannya.

            “mereka sudah memaafkanmu Hyung” kata Kim Kibum pelan sambil mengelus punggung tangan seseorang yang terbaring disana. Jung Soo Jung menitikkan air mata sambil memegang bahu calon suaminya. “mereka pasti akan menemuimu” kata Kim Kibum lirih.

            “aku harus mencari mereka Kibum oppa” kata Jung Soo Jung cepat. Kim kibum bangkit dari tempat duduknya lalu menatap tajam Jung Soo Jung. “apa maksudmu?? Shireo!” kata Kim Kibum. “tapi aku harus, ini semua salahku” kata Jung Soo Jung lirih. Kim Kibum menghela napas lalu memijat kembali kepalanya. “tolong jangan konyol. Aku hanya tidak ingin kehilangan dirimu juga Jung Soo Jung” kata Kim Kibum sambil memeluk leher Jung Soo Jung. Jung Soo Jung mengangguk lalu tersenyum.

******

Jepang, 13 November 2012

            Hawa dingin mulai terasa saat Jung Soo Jung keluar dari bandara. Sambil menenteng tas dan kopernya dia menoleh kekanan dan kekiri. “tidak adakah disini yang bisa ditanya?” katanya kesal. tiba-tiba seseorang menabraknya dengan keras. “maaf” kata laki-laki yang menabraknya dengan bahasa jepang. Jung Soo Jung membungkuk menandakan dia juga menyesal karena tidak memperhatikan sekitar. Saat dia mengangkat wajahnya, “LEE JINKI OPPA??” teriaknya.

*****

            “untuk apa kamu mencariku eoh?” kata Jinki sambil menyeduhkan teh hijau panas untuk Jung Soo Jung. Jung Soo Jung tersenyum sambil mengucapkan terima kasih kepada Jinki Oppa. “ada apa?” kata Jinki oppa dingin. Jung Soo Jung meneguk teh hijau yang ada ditangannya lalu meletakkannya dihadapannya. “aku akan menikah dengan Kim Kibum oppa” katanya pelan seakan takut menyinggung perasaan Lee Jinki. Lee Jinki hanya memandang sekilas lalu melihat kearah jendela apartementnya. “jadi? Kamu akan menikah dengan diva kami? Kami? Apakah diapun juga masih menganggapku sebagai leader?” katanya ketus. “selamat” lanjutnya lagi. Jung Soo Jung merasakan dadanya sesak. Kemana Jinki oppa yang selalu tersenyum kepadaku? Batin Jung Soo Jung. “bisakah…” sebelum Jung Soo Jung melanjutkan pernyataannya, Lee Jinki sudah menyahut. “tidak akan” katanya tegas. “waeyo oppa?” tanya Jung Soo Jung lirih. “maaf” katanya lagi. Lee Jinki memandang tajam kearah Jung Soo Jung. “maaf? Setelah kau mengacaukan kami semua hanya maaf yang bisa kau ucapkan Soo Jung-ah??” katanya dengan suara meninggi. Jung Soo Jung menyembunyikan wajahnya. “sudahlah! Itu masa lalu dan itu memang salahku” katanya pelan. “kau akan tidur disini? Kalau iya, aku akan kekantor sekarang dan jangan melakukan hal yang aneh-aneh” katanya sambil berlalu.

******

            Lee Jinki menyalakan lampu apartementnya dan dia melihat Jung Soo Jung sedang tertidur disofa dengan keadaan apartementnya yang sudah sangat rapi. Dia tersenyum sesaat namun kembali menyembunyikan senyumannya yang sudah lama hilang itu. Dia mengusap pipi Jung Soo Jung perlahan agar tidak mengganggu tidurnya. “hmm, selamat tidur chagi” katanya pelan lalu berlalu.

            “selamat pagi oppa” suara lembut Jung Soo Jung membangunkan Lee Jinki. “ah iya” katanya singkat lalu beranjak kekamar mandi. “aku hari ini akan keprancis” kata Jung Soo Jung pelan. Lee Jinki menoleh kearah Jung Soo Jung. “untuk apa?” tanyanya. “aku ingin mencari Taemin oppa, aku Cuma ingin kita kembali dan menemani Kim Jonghyun oppa” katanya pelan. “jonghyun??” katanya tegas. “ne oppa, Kim Jonghyun oppa dalam keadaan sekarat” katanya pelan dan lirih. Lee Jinki hanya menggeram lalu kembali masuk kekamar mandi.

*****

15 November 2012

            Jung Soo Jung merapatkan jaketnya lalu meniup tangannya agar sedikit hangat. Prancis, batinnya. Dia mengerjapkan matanya sambil berdecak kagum. Indah sekali, batinnya. Namun dia segera menggeleng dengan keras. aku harus menemukan Taemin oppa, katanya sambil melangkah.

            Inikah? Batinnya lagi. Melihat sebuah apartement sederhana dihadapannya. Batinnya seakan mengiris. Benarkah dia disini? Tanyanya dalam hati. Tiba-tiba ada sebuah sepeda berhenti dihadapannya dan sipengendara memperhatikannya dengan seksama. “Soo Jung?” tanyanya.

*****

            “jadi kamu dari jepang langsung keprancis? Astaga!” kata Lee Taemin membulatkan matanya. Soo Jung tersenyum lalu mengangguk. “Ah iya, kamu masih suka coklat panas? Aku buatkan satu ya? Aku sekarang bisa membuatnya” katanya sambil membuat aegyo. Soo Jung mengangguk sambil tersenyum lebar. Ternyata kau belum berubah ya Taemin oppa, batin Soo Jung.

            “kamu akan menikah dengan Kibum hyung?” tanya Taemin. Soo Jung mengangguk sambil tersenyum. “apakah oppa marah?” tanya Jung Soo Jung. Lee Taemin menggeleng sambil membulatkan matanya. “itu masa lalu krystal, aku hanya bisa mengucapkan selamat kepadamu” katanya sambil tersenyum. “oppa” panggil Jung Soo Jung. Lee Taemin membulatkan matanya. “ada apa?” tanyanya. “kembalilah kekorea” katanya pelan. Lee Taemin seakan mengerti apa yang akan diminta oleh Jung Soo Jung, dia bangkit dari tempat duduknya dan kembali kekamar. Jung Soo Jung mengernyitkan dahinya. Lee Taemin kembali sambil membawa sebuah kotak. “krystal, aku tidak bisa kembali kekorea” katanya lirih. “tapi oppa?” Lee Taemin menyerahkan kotak yang sedari tadi dipegangnya. “untuk melihatmu saja sebenarnya akupun tak sanggup, Krystal” katanya pelan.

            Jung Soo Jung bangkit. Seakan amarah telah mengumpul didalam dadanya, dia menyambar kotak yang diserahkan oleh Lee Taemin dan memasukkannya dengan kasar kedalam Tas jinjingnya. “egois!” kata Jung Soo Jung tegas. “tahukah kamu, Taemin oppa, bukan hanya aku yang membutuhkanmu, tapi Kibum oppa dan Jonghyun oppa yang sekarang sedang berbaring lemah” katanya terisak. “aku tahu ini semua salahku! Aku hanya ingin melihat kalian kembali! Jika kalian ingin aku pergi, aku akan pergi dari kehidupan kalian! Aku hanya ingin melihat kalian sehat semua dan berkumpul! Menyanyikan lagu Juliete untuk para fans kalian di korea!” katanya terisak. “sudahlah, aku pegi” katanya sambil membanting pintu.

*****

            Jung Soo Jung duduk ditaman sambil melihat keadaan. Bodoh, batinnya kesal. musim dingin di eropa jauh lebih dingin dibandingkan asia. Jung Soo Jung menggigil kedinginan. “sudah kubilang jangan bertindak bodoh sayang” kata seseorang sambil mengulurkan kopi panas. “Kibum oppa? Bagaimana…” Kibum menempelkan jari telunjuknya dibibir Jung Soo Jung. “aku mengikuti kata hatiku” katanya sambil tersenyum. Jung Soo Jung meneteskan air matanya. “aku gagal oppa” katanya lirih. Kim Kibum mengusap air matanya dan memegang erat kedua tangan Jung Soo Jung. “kamu tidak gagal, waktunya saja yang kurang memungkinkan sayang” katanya pelan. Jung Soo Jung mengangguk. “mumpung diprancis sayang” kata Kim Kibum sambil tersenyum nakal. Lalu menggendong Jung Soo Jung. “oppaa” pekiknya.

*****

            Lee Jinki memijat keningnya seakan beban dikepalanya akan menghilang. Namun pening itu seakan memakan otaknya sehingga dia tidak dapat berpikir jernih. “ah!” teriaknya kesal sambil menutup dengan kasar laptopnya. Pekerjaannya, dan kehadiran Jung Soo Jung kembali kekehidupannya sudah cukup membuatnya sangat marah. Dia melangkah kedapur dengan langkah besar dan kasar dan membuka lemari dapur dengan kasar pula. “apa ini??” katanya kesal. dia menyambar dengan kasar kertas yang terlipat rapi diantara kopi, coklat, dan gula. Dia membuka kertas itu dan membaca isinya. Seakan mengerti isinya dia melipat dengan kasar dan membuangnya. “haruskah?” tanyanya dalam hati.

 
Only One

By: absurdmind

Warning: Longshoot,feel gadapet.aoks._.v dan,minho sama sulli ceritanya satu lines.


“Saat ini kau tidak akan merasakannya!”

Rasa? Rasa apa?”

“Fikir saja sendiri! Otakmu memang lemah ya! Ahahahahaha!!”

“Kau!!”


You’re only getting farther – you’re the only one




Seoul Café,2011.

“Sulli-ya..kan kita sudah kenal lama..apakah kau tidak merasakan suatu hal? Kita sudah kenal semenjak di bangku sekolah menengah pertama..” Gadis yang dipanggil Sulli hanya menoleh dan tersenyum. Rambut panjang hitam kecoklatannya tergerai alami.

            “Kau mengigau bodoh? Kali keberapa kau berbicara seperti itu padaku? Lihatlah,banyak cewek lain yang ngantri! Aku sampai bingung apa yang mereka cari darimu..” Gadis itu mengikat rambut panjangnya kebelakang,kembali menatap lawan bicaranya yang kembali menyeruput segelas Tiramisu hangat. “Mungkin kau lelah,Choi Minho”

            “Sull,aku serius kali ini!” Laki-laki yang bernama Minho itu kini memegang tangan Sulli yang tadi memegang daftar menu. “Jangan anggap aku pernah main-main”

            Sulli tergelak mendengar perkataan cowok yang bernama Minho itu. Kali ini,raut di wajah babyface-nya berubah menjadi sedikit lebih serius. Keheningan melanda 2 orang yang berada di ujung usia belasannya. Genggaman tangan Minho semakin erat.

            “Sudahlah,jangan dilanjutkan bodoh. Wajahmu semakin terlihat jelek dan tua..” Sulli melepaskan genggaman tangan Minho. Minho terkekeh dan kembali menyeruput tiramisu hangatnya. Diapun mengeluarkan IPhone hitamnya dan mengetik sesuatu. Sulli yang tengah asyik dengan menu,perlahan tertarik dengan aktifitas lawannya.

            CKRIK! Terdengar suara yang familiar di telinga Sulli,namun dia tak mengindahkannya. Tak lama,IPhone putih milik Sulli bergetar,ada notifikasi.

            ‘ #sulli #cafe #ditolak #friends #heartbreak #childish #aneh @SulliChoi’ update dari instagram milik minho,dengan mengetag username instagram Sulli,lengkap dengan fotonya yang sedang asyik melihat daftar menu. Sulli lantas menatap Minho tajam. Minho yang sadar dirinya tengah di perhatikan,langsung membuang mukanya dan bersiul…gak jelas sih.

            “Hei bodoh. Memalukaaaan!!” Sulli menggerutu dan mengacak-ngacak rambut Minho hingga sedikit lebih berantakan.

            “Maaf ssul,ehehehe” Minho memasang wajah memelas dengan tangan berpose ‘peace’. Sulli mengambil nafas panjang.

As much as I loved you, you’re the only one



                ‘D’ SMA,Seoul. 2012

Sepasang kaki kecil menulusuri tangga SMA di Seoul. Sepatu kanvas berwarna hitamnya beradu dengan tangga. Mata bulatnya terlihat mencari seseorang. Sepasang kaki itu kembali bergerak menelusuri koridor yang dilapisi lantai berwarna abu-abu. Beberapa murid sebaya dengan dirinya dia lewati. Tangannya menggenggam secarik piagam penghargaan. Ya,Sulli baru saja memenangkan lomba yang ia jalani beberapa hari yang lalu. Kini,dia menggenggam sertifikat yang menyatakan bahwa ia telah meraih juara ke 2 yang telah diberikan Jung Songsangnim tadi.

            Kaki itu kini beradu dengan tanah lapang,melewati perbatasan antara sekolah untuk wanita dan pria. Kaki itu kembali beradu dengan ubin berwarna hitam,lalu beradu dengan tangga,dan dia sampai di kelas yang dia cari. Kelas 3-C. Mata bulatnya mencari sosok yang dia cari,namun tak menemukannya.

            “Sulli-sshi..nyari siapa?” suara berat mengagetkan Sulli. Sulli sontak menoleh kebelakang untuk mengetahui siapa yang memanggilnya.

            “Ah,Sehun-sshi. Kamu lihat Minho nggak?” Sulli tersenyum lebar sambil menggaruk kepalanya.

            “Tadi dia ada di lapangan indoor untuk sekolah wanita..tadi ya tadi” Sehun mengingat-ingat kembali perkataan Minho setengah jam yang lalu.

            Tanpa basa-basi,Sulli langsung berlari ke tempat yang disebut oleh Sehun. Kaki kecilnya kini bergerak lebih cepat,dia juga menerobos beberapa orang dan mengabaikan beberapa orang yang mengucapkan selamat baginya. Sesampainya di depan lapangan indoor,dia berhenti sejenak,karena melihat banyak teman-temannya yang mengerubuni pintu berkaca tersebut.

            “Permisi..ada apa ya..”Sulli perlahan menerobos beberapa orang di depannya.

            “Unnie!! Jangan masuk!” Suara hoobae-nya yang sangat dia kenal mengagetkannya.

            “Kenapa jangan,Naeun?” Sulli menghentikan langkahnya. Karena Naeun tidak merespon,diapun kembali melanjutkan aksinya dan membuka pintu itu lebar lebar.

 

It hurts and hurts and it’s foolish but good bye



            Mata bulatnya kini semakin membulat melihat apa yang terjadi di depannya. Sahabatnya sejak masih kecil,kini tengah memainkan gitar-yang sepertinya sudah di akhir lagu- dan seorang teman seangkatan yang tidak begitu dia kenal,kini sudah berkaca-kaca di hadapannya. Sulli menahan diri untuk tidak bersuara dan tidak mendekat,tangannya menggenggam sertifikatnya dengan erat. Terdengar bisik-bisik dari luar ruangan itu. “Hei lihat,kini ini akan menjadi sebuah drama..tragis ya,Jisook?”.

            Minho yang-sepertinya- tidak menyadari kedatangan Sulli,beranjak dari gitarnya menuju gadis berambut hitam ikal tersebut,lalu memegang tangannya dan berlutut.

            “Would you be mine? Krystal Jung?” suara berat Minho menggema seantero ruangan. Gadis yang bernama Krystal itu kini menangis sejadi-jadinya. Terlintas satu kata di otak Sulli. Lebay.

            Cewek yang mukanya sedikit blasteran itu spontan mengangguk dan menarik Minho yang tengah berlutut untuk berdiri. Sulli menatap mereka dengan tatapan yang sulit dimengerti. Dia senang,sahabatnya sudah mendapatkan pasangan..Namun,dia tidak ingin membohongi dirinya sendiri. Hati kecilnya merasakan sakit yang amat sakit.

            Dan,Sepasang kekasih-baru jadian- itu kini tengah menatap satu sama lain,Minho menghapuskan air mata yang menggenang di mata indah Krystal. Sertifikat yang Sulli pegang,kini sudah tak berbentuk. Robek-Kucel-Lecek. Sertifikat loh itu,ciyus deh.

            Ketika mereka sudah mulai tenang,Sulli mengambil langkah pelan mendekati mereka berdua. Ketika sudah sampai di dekat sepasang kekasih itu. Sulli menjulurkan tangannya. Gemetar. Minho yang baru menyadari ada Sulli disini,sedikit tersentak dan menatap Sulli dengan tatapan sendu. Sementara Krystal menatap Sulli dengan tatapan ‘menang’.

            “Selamat ya..oppa.” Sulli memberanikan diri untuk menatap mata hitam milik Minho. Aneh? Ya,aneh..Sulli jarang sekali memanggil Minho dengan sebutan ‘oppa’. Minho pun perlahan membalas jabatan tangan dingin Sulli,tanpa sadar..dia menggenggam tangan putih itu dengan erat,menatap Sulli dengan tatapan ‘Maafkan-aku’.

Though I may never see you again, you’re the only one
Only one




            Hari perpisahan bagi seluruh siswa-siswi SMA. Termasuk oleh SMA yang dihuni Sulli cs.  Semenjak kejadian Minho yang menyatakan perasaannya pada Krystal,Sulli sedikit menjaga jarak dengan Minho. Karena dia ingin tetap menjaga persahabatannya dengan Minho,walau kini banyak waktu mereka yang tergantikan oleh waktu Minho dan Krystal. Sulli yang memakai hoodie berwarna abu-abu dan celana jeans panjang dan tas kecil terkalung di lengannya bersiap untuk ‘perjalanan’ terakhir-nya di SMA. Tidak mewah kok,hanya berbelanja dan menonton. Sebatas hangout dengan teman temannya. Namun,sekolah telah membagi acara hangout ini agar tidak bentrok. Jadi,Cewek 3-A dan cowok 3-A satu grup,dan seterusnya. Sulli yang berada di kelas 3-C akhirnya satu grup dengan Minho. Minho pun terpisah dengan Krystal yang berada di kelas 3-A.

            “Hai” Suara familiar itu kembali mengagetkan Sulli yang tengah kebingungan. Karena dia tidak membawa kendaraan pribadi,jadi mau gak mau harus nebeng. Sulli lantas menengok ke sumber suara,dan menatapnya datar. “Ikutlah,di mobilku hanya ada Sehun kok” Tangan cowok itu menarik tangan Sulli,mau tak mau..Sulli harus mengikutinya.

            “Hai Ssul” Sehun yang ada di bangku belakang menyapa Sulli. Sulli tersenyum. “Hai Sehun” Minho mencoba tidak tertarik.

            Singkat cerita,kini mereka sudah sampai di penghujung acara ‘perpisahan’ ini. Di Sungai Han (Untuk kelompok 3-C),di Cinema (3-B),dan di N-Seoul Tower(3-A). Air tenang sungai Han membuat kelompok C semakin terbawa suasana.

            “Lun..aku mau ngomong..sebelum semuanya terlambat..” suara cowok yang sedikit tinggi menarik perhatian 30 orang anggota kelompok C. Gadis yang dipanggil dengan ‘Luna’ itupun segera menoleh,rambut pirang sepunggungnya tertiup angin dengan alami. Menambah kecantikan alami di wajahnya. “Kenapa Jjong?”

            Jonghyun menatap Luna dengan tatapan sendu. “Saya mencintaimu”

            Seantero kelompok C hanya menganga. Mereka tidak menyangka,kalau 2 orang yang sudah kayak Tom & Jerry ini akan berakhir seperti ini. Sementara itu,terlihat Luna yang tersenyum lebar,dan dia mengeluarkan secarik kertas. Jonghyun perlahan membaca tulisannya. “I love you too”

            Serentak,semuanya bertepuk tangan. Sulli yang melihatnya sampai sedikit mengeluarkan air mata. Lama kelamaan,dia terisak. Sehun yang melihatnya,langsung menghampiri Sulli.

            “Kenapa? Kok nangis?” Sehun duduk di sebelah Sulli.

            “Gak kok,Cuma terharu. Lucu aja gitu,temen deket aku..Luna..jadian sama musuh bebuyutannya noh,si Jonghyun..ihihihi” Dia menghapus air mata yang menggenang. Dari kejauhan,Minho menatap Sulli dan Sehun.

            “Mau digituin juga?” Sulli mengangguk dan tertawa renyah

            “Okey,aku sayang kamu ssul,serius deh” Sontak,Sulli menatap Sehun kaget dengan tatapan tidak percaya. Sehun menatap kedua mata bulat Sulli. Di dalam lubuk hatinya,masih ada Minho. Namun,Sehun ada untuknya. Pilihan sulit bukan?

            Otak dan fikiran Sulli kembali berperang. Otaknya meminta untuk berpaling pada Sehun,namun hatinya tetap ada pada Minho. Darah Sulli berdesir. Dia harus menentukan pilihan-nya.

            “Maaf,Sehun..aku bukannya tidak menyukaimu,aku sangat menyukaimu…tapi ada satu alasan yang membuatku tidak bisa kembali mencintaimu. Hatiku stuck di orang lain Sehun,sungguh. Jangan benci aku..” Sulli memalingkan pandangannya. Sehun menatap Sulli dan mengacak-ngacak rambut gadis itu.

            “Tak apa,Ssul” 3 kata itulah yang Sehun ucapkan untuk terakhir kalinya pada saat momen itu.

We awkwardly sit across each other

          November,2012.

            Setengah tahun sudah. Sulli dan Minho sudah jarang ber-komunikasi. Terakhir berkomunikasi..bulan Mei pertengahan. Disaat ada pertemuan pertama para siswa yang lulus pada tahun ajaran itu. Sulli pun sekarang sedang menekuni langkah awal-nya sebagai penulis. Kini,dia menekuni buku pertamanya.

            “…dan kali ini Jihyun tidak bisa menahan lagi perasaan yang menjalar sampai ke ubun-ubunnya. Dia merindukan Minjae..merindukan semu-“ Sulli yang sedang menggumamkan naskah yang ditulisnya,terhenti karena IPhone putihnya berbunyi.

            “Yoboseyo? (Halo?)” Sulli memakaikan headsetnya.

            “Sulli-ya..ingat denganku?”

            Suara itu..suara yang membuat seorang Choi Sulli tak bisa bergerak,tak bisa memalingkan hati,tak bisa berfikir dengan jernih. Orang yang baru dia sadari..orang yang dia cintai dengan sepenuh hati kecilnya. Walaupun pria itu juga yang telah membuat Sulli tersakiti,bahkan bisa gila.

            “Apa,bodoh?” suara-nya terdengar sedikit bergetar,walaupun berusaha distabilkan.

            “Siang ini ada waktu? Kutunggu di ‘F’ café di dekat Seouldae”

            Sejenak,Sulli memikirkan jawabnnya. “Ya,tunggulah jam 1 ya.”

            TUUT TUUT

            Hari ini berlalu dengan sangat cepat,tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Sulli yang menyadarinya sontak terhenti dari aktifitasnya. Tubuh mungilnya mulai bergerak mengitari ruangan bercat putih tersebut,mendekati sebuah lemari kayu klasik yang berada di samping rak bukunya. Dengan cepat,ia menyambar semi-dress berwarna coklat muda.

                Selesai dia bersiap-siap,dia segera menuruni tangga rumah minimalisnya itu,setelah keluar,dia mencari bus yang berjurusan ke arah Seouldae. Sepanjang perjalanannya,dia tidak bisa berfikir dengan jernih. Beribu pertanyaan menghujang benaknya. Pertanyaan dari dirinya,yang tidak bisa dia jawab sendiri. Sekali lagi,otak dan hatinya berperang. Perang panjang yang-mungkin-akhirnya akan sulit untuk ditebak. Sampai,kini tubuh mungil itu sudah sampai di depan Seouldae. High-heels coklat yang melapisi kaki putih itu kini beradu dengan tanah. Tas yang dibawa di bahu dengan rantai putih yang mengkilap menambah cantik penampilan gadis muda ini.

            “Sulli-ya” Sulli kini tidak bisa bergerak,sedetik setelah dia masuk ke dalam café,suara itu yang pertamakali dia dengar. Dari arah samping kanannya. Perlahan,Sulli menengok ke sumber suara tersebut,menghampirinya. Dan,dia mematung disana.

            “Kenapa Ssul? Duduklah..” Cowok berperawakan kekar yang memakai kaos santai berwarna putih dan celana jeans gombrang itu kini bangkit dari duduknya,menggeser kursi-calon-lawan main bicaranya kebelakang,dan mempersilakannya duduk.

Making small talk and asking what’s new

            “Apa kabar? Lama tidak bertemu denganmu,Minho-ya” Tangan berjari lentik itu kini terjulur ke depan lawan bicarnya. Tangan kekarpun membalas jabat tangan itu.

            “Aku baik,neo?(kau?)” Pegangan tangan yang-sangat-canggung itu kini terlepas,seperti biasa. Minho mengorder minuman hangat..lagi.

            “Aku juga,aku sekarang menulis buku..mau lihat sinopsis-nya?” Tangan putih itu kini bergerak menuju tas di pangkuannya,dan mengeluarkan selembar kertas berukuran A4 yang sudah dilipat sedemikian rupa. Tangan kekar menyambut kertas itu,iris mata hitam di dalam bola mata onyx itu kini mulai bergerak membaca kertas di hadapannya.

            ‘Melepaskan orang yang benar-benar tulus mencintaiku..demi orang yang sudah tidak bisa dibilang dengan kata jelas. Jihyun. Song Jihyun. Namaku mungkin tidak pantas disebut,karena aku fikir akulah orang yang bodoh dalam situasi ini. Terus mempercayai apa yang tidak bisa dipercaya dengan alasan yang logis. Menunggu orang yang sudah menusuk hatinya dengan seribu jarum. Memanaskan perasaannya dengan berliter liter air mendidih,dan membanjiri matanya dengan seember air mata. Namun,hal yang orang orang sebut dengan cinta itulah..yang membuat dia bisa menunggu seorang Kang Minjae’

 

The moments when the conversation stop for a moment
The cold silence freezes us




            Hening. Keheningan menimpa kedua orang yang sedang duduk berhadapan dan dibatasi kursi tersebut. Membuat mereka seakan ‘membeku’ di tempat itu. Jemari putih hanya bisa memainkan rantai putih tasnya. Jemari kekar hanya bisa bergetar sembari memegang secarik kertas tersebut.

We will become strangers at this place right now
Someone will shed tears and be left alone but..


        “Minho-yaaa~!!” suara berat seorang wanita meleburkan keheningan diantara 2 orang yang benar benar tersesat di dalam sebuah permainan yang bernama cinta. Satu satunya laki-laki diantara mereka berdiri dan menghampiri wanita yang memakai kemeja santai dengan black jeans yang membuatnya semakin terlihat cantik.

“Ah..kenapa..chagi?(sayang?)” Sulli sebisa mungkin menahan diri untuk tidak berteriak seperti orang kemalingan-lagi. Dia berusaha menahan emosinya sekarang. Ternyata penantiannya selama ini memang bodoh,sirna sudah. Setelah anak blasteran si Jung Krystal itu,sekarang seorang Minho mengencani sunbae SMA mereka yang lebih tua 2 tahun dari mereka. Idola para laki-laki,Kwon Yuri.

Mata indah Yuri kini beralih ke Sulli yang sedang duduk mematung di sebelahnya. Terlihat Sulli sedang melipat kembali sinopsis novelnya yang ditinggalkan begitu saja oleh Minho. “Dia siapa,chagi?” Tanya Yuri sambil menunjuk Sulli dan membuat gadis itu sedikit kaget dan dia berdiri.

“Namaku Sulli,Choi Sulli. Aku teman kecilnya Minho..salam kenal eonni” Sulli membungkukkan badannya 90 derajat. Berharap Yuri tidak akan memberikan bad first impression padanya.

“Kwon Yuri.” Jawabnya singkat sambil membalas jabat tangan Sulli. “Chagi,aku harus pergi dulu ya,Tiffie(Tiffany) sudah menungguku di Seouldae,pai pai saranga” Lanjut Yuri sambil mengecup pipi kiri Minho.

Minho melambaikan tangannya sampai pacarnya itu menghilang dari pandangannya. Mood Sulli kini semakin hancur dan sulit dimengerti. Tiba tiba dia terduduk di kursi,setetes air mata mulai menggenangi kelopak matanya dan mengalir pelan di pipinya. Minho yang menyadarinya perlahan mendekati gadis itu,berdiri di sampingnya. Sang gadis hanya bisa mengeluarkan air mata tanpa kendali dan tanpa suara.

“Kau baik baik saja,Sulli-ya?” Minho membuka percakapan yang sudah ‘mati’ dari tadi.

“Apa yang kau lihat?” Suara seraknya yang terdengar diusahakan stabil menjawab pertanyaan bodoh pria itu.

Mata Onyx sang pria menatap gadis yang ada di hadapannya dengan tatapan yang sangat sendu dan teduh.

I hate seeing you try not to scar me and feel ill at ease
So I’ll let you go


        Tangan pria itu kini sudah ada di rambut halus gadis yang terduduk di depannya. Membelai pelan rambut kecoklatan itu. Sementara,gadis yang dia belai kini larut dalam suasana yang sudah lama ia tidak alami.

            Flashback: On

            “Hei! Sulli,kau dimana?” Kaki kekar kini sedang bergerak cepat menyusuri tanah sungai Han yang dingin di malam hari. Hari ini,dia mengajak Sulli untuk berbicara,ya..sekedar bertemu. Tiba-tiba,pandangan iris mata hitam itu menjadi gelap,ada yang menutup matanya dari belakang. Sedetik kemudian, satu kata keluar dari bibir itu. “Sulli!”

            “Hihihi,maafkan aku Minho-ya” Sulli langsung berdiri di depan Minho,menyerahkan segelas Tiramisu hangat berukuran sedang. “Minumlah,ini musim dingin kan..”

            “Thanks,ayo duduk” Minho menarik tangan Sulli,membuat mereka berlari kecil di tengah udara dingin Seoul City. Dan langkah mereka terhenti di hadapan sebuah pohon besar.

            Keheningan tercipta diantara mereka. Angin sepoi sepoi mulai bertiup. Menambah dinginnya Seoul City. Rambut kecoklatan panjang Sulli tertiup angin. Membuat gadis itu menutup matanya. Spontan menarik perhatian Minho,membuat pemuda itu menoleh dan meraih rambut gadis itu dan menyisipkannya di belakang telinga. Sang Gadis menatap Minho dengan tatapan ‘kau-kenapa?’. Namun,tatapan yang diberikan gadis berambut coklat itu tidak diindahkan oleh Minho. Minho mendekatkan wajahnya pada wajah gadis yang polo situ. Sedetik kemudian,sang gadis memejamkan matanya ketika jarak tinggal 30 sentimeter. Sedetik kemudian,sang gadis sadar dan kembali di kuasai otaknya.

            “You are not supposed to do this..” Sulli mencengkram bahu Minho dan menjauhkannya dari hadapannya. Detik berikutnya,Sulli menatap Minho. Minho balik menatap Sulli dengan tatapan ‘Maafkan-aku’.

            “Sa..sa..”Minho tergagap. Sulli menatap Minho dengan tatapan bingung. “A-aniyo..lupakan,Sulli-ya..”

           

            Keheningan kembali menjalar diantara mereka. Tiba-tiba,Minho ‘memecah’kannya.

“Saat ini kau tidak akan merasakannya!” Minho menatap ke depan

“Rasa? Rasa apa?” Sulli menoleh

“Fikir saja sendiri! Otakmu memang lemah ya! Ahahahahaha!!”

“Kau!!”

Sulli mengejar Minho yang sudah kabur detik sebelumnya. Ya,berlarian di tengah Musim Dingin Seoul City,disaksikan oleh saksi bisu. Sungai Han. Pohon pohon yang seolah membatasi ‘dunia’ dengan ‘dunia’ milik mereka berdua.

 

At my sudden works, you seem to be relieved for some reason
Where did we go wrong?


Flashback: Off

“Maaf..”  Minho tersadar duluan. Keduanya,melayangkan fikiran mereka ke masa lalu.

“Tidak perlu..untuk apa?” Sulli menatap Minho dengan tatapan sendu-nya.

Minho terdiam seribu bahasa. Tidak mampu menjawab pertanyaan gadis di depannya. Dia sendiri tidak bisa mendeskripsikan perasaannya pada gadis ini.  Ya,Choi Sulli. Gadis yang menemaninya selama 6 tahun ini. Gadis yang mewarnai kesehariannya. Menyambutnya dengan senyuman,ada di saat dia sedang butuh tempat untuk bersandar. Atau setidaknya untuk sekedar menemani kesendiriannya.

Namun,semenjak hari ‘itu’. Gadis ini sudah tidak seperti dulu. Ya,dia memang sering berada di sekitarnya,namun tidak sesering dulu. Raut wajah cerianya tidak terlihat benar benar ceria. Ketika pacarnya datang,raut di wajah itu menjadi muram yang disembunyikan. Fake smile. Fake expression.

Dia merindukannya. Merindukan Choi Sulli yang dulu. Dan bodohnya,dia baru menyadarinya sekarang. Setelah berbulan-bulan tidak bertemu. Dia harus berperang dengan ego-nya demi bertemu Sulli hari ini. Hatinya mengatakan,bahwa seorang Choi Minho merindukan seorang Choi Sulli Terdengar simple,tapi percayalah. Ini tidak semudah kedengarannya.

 

Did we hope for different places starting from long ago?



            “A-aku harus pergi..” Sulli beranjak dari kursinya. Tidak berani menatap mata Onyx milik Minho.

            “Su-sulli..”

            “Maafkan aku,a-aku ada janji dengan e-editorku. Senang bertemu denganmu. Sampai jumpa” Sulli bergegas keluar café yang menjadi saksi bisu pertemuan ‘tragis’ mereka. Minho menatap nanar sinopsis novel Sulli. Diambilnya kertas itu,dia mencari sesuatu. Benar saja,alamat rumah Sulli tertera di halaman selanjutnya.

            Di saat yang bersamaan,Sulli berjalan menelusuri trotoar. Pandangannya lurus ke depan,bayang-bayang masa lalu berkelebat di pandangannya.

            ‘Apakah aku salah mengenalnya? Haruskah aku memutar balik waktu agar tidak seperti ini? Apakah dia juga mengharapkan untuk tidak mengenalku?’

 

The sharpness of the vast difference of our start and end
And the pain that stabs my heart – why is it so similar?




       

Desember,2012.

            GAKKOONG!GAKKOONG!

            Ringtone IPhone Sulli berbunyi. Menandakan seseorang menelfonnya.

            “Yoboseyo? (Halo?)”

            “Sulli-ya!!” Suara perempuan terdengar jelas sedetik setelah ucapan pertama Sulli. Sangat Familiar. Sulli paham benar itu suara milik siapa.

            “Luna!! Ada apa?”

            “Lusa reuni SMA. Mau ikut? Aku sudah ajak Hyeri dan Jieun juga!!”

            “Ah Jinjjayo? Aku sangat ingin ikut..tapi aku tak ada transportasi kalau tempatnya jauh,Luna-ya”

            “Tidak jauh kok,Di café di dekat sungai Han ituloh..masa kamu gatau?”

            DEG

            Café itulah saksi bisu kejadian sebulan yang lalu..kejadian yang sangat tidak ingin dia ingat namun tidak bisa ia lupakan begitu saja.

            “Sulli?” Lamunan Sulli seketika buyar

            “E-eung..Maaf Lun..Y-ya,akan kuusahakan,aku datang jam 2 saja ya..”

            “Okay,kau hanya terlambat 1 jam kalau begitu. Dadah!”

            “Bye..”

            TUUT TUUT

            Telfon terputus. Sulli menarik nafas panjang. Ya,dia harus menghadapi ini,tidak boleh terus menerus menghindari seorang Minho.

My overwhelmed heart crumbles emptily in just one moment
How can I stand up again?



            Hari Reuni.

            Sulli sudah tidak bisa melawan takdir yang sudah ada di depan matanya. Dia sudah berjanji bahwa dia tidak mau bertemu dengan Choi Minho. Namun,di lubuk hatinya terbesit rindu yang sangat dalam. Namun,Sulli sadar..Minho tidak mungkin memiliki perasaan seperti perasaan yang dia alami. Sudah ada Yuri disisinya. Dan dia yakin kalau Minho pasti sangat bahagia. Sulli rela,akan melakukan apapun..asal Minho bahagia. Walaupun jika Minho harus meninggalkannya.

            Bayang-bayang ilusi masa lalu terus berkelebat. Setetes air mata turun dari mata bulat gadis itu, mengingat kembali berjuta kenangan yang sudah ia alami bersama laki-laki itu. Sakit sekali. Ya,sakit jika dia mengaitkannya dengan kejadian yang sekarang terjadi. Kenyataannya,Minho tidak pernah mencintainya. Cinta bertepuk sebelah tangan. Sulli mengambil nafas berat,menyeka air matanya. Meraih tas selempangnya,lalu dia mulai menelusuri trotoar siang Seoul City.

            Sepatu kanvas hitamnya beradu dengan tanah sungai Han. Menandakan sebentar lagi ia akan sampai ke dalam café itu. Saksi bisu-kedua-pertemuannya dengan saranga-nya.

            Sampai di depan pintu café itu,Sulli menghela nafas panjang.

            “Annyeong..and..Goodbye..”

My love, good bye now – you’re the only one (you’re the only one)
Even at the moment we break up, you’re the only one




        “Annyeong..” Sulli menatap ke-6 orang temannya-termasuk Minho- satu persatu. Lalu dia duduk disamping Jieun. Luna yang merasakan keanehan,langsung menyikut Minho yang ada di sebelahnya.

            “Psst..kalian bukan pasangan?”bisik Luna. Minho menggeleng. “Jinjja?” Minho mengangguk. “Sulit dipercaya..”.

            Suasana mendadak hening. Keheningan kembali tercipta. Hari itu,ada Sulli,Luna,Jieun,Minho,Kyungsoo,Chanyeol,dan Taemin.

            “Chans(panggilan untuk Chanyeol) ambilkan menu buat Sulli bisa kali..” pinta Kyungsoo yang tidak enak dengan keheningan. Chanyeol pun memanggilkan pelayan dan meminta Sulli untuk mengorder.

            “Satu Soup dan Frapucino” jawab Sulli singkat.

            “Kau tidak berubah ya,dari dulu kesukaan-mu pasti Frapucino atau Tiramisu”ujar Taemin.

            “Itu enak,manis”sela Jieun. “Wajar Sulli menyukainya”

            “Pertemuan terakhir kamipun,dia memesan itu” Ucap Minho tiba-tiba. Membuat ke 6 pasang mata lainnya terbelalak.

            “Kalian sudah pernah bertemu? Kapan?” Kyungsoo angkat bicara.

            “Sebulan yang lalu,tidak usah dibahas lagi.” Sulli menjawab pertanyaan Kyungsoo dingin.

            “Sulli-ya...kau kenapa? Kok jadi murung gini?”Chanyeol menepuk bahu Sulli.

            “Tidak,aku tidak apa-apa”

            “Kotjimal,dia berbohong”Minho bangkit dari bangkunya. “Kembalilah menjadi Sulli yang kukenal,Choi Sulli!”Minho menggebrak meja,membuat seantero café menatap ke arahnya.

            Sulli menunduk,menggenggam erat tas-nya.

            “Sudahlah bro,sudah”Taemin mulai menenangkan Minho.

            “Aku tidak berbohong”Sulli berdiri,dia terlihat menarik kembali air mata yang akan turun. Detik berikutnya,dia pergi keluar Café. Detik selanjutnya,Minho mengejarnya. Diikuti Jieun dan Kyungsoo,namun mereka dicegah Luna.

            “Sudahlah,biarkan mereka berdua”Luna angkat bicara dan menyeruput Lemon Tea-nya.

            “Apa kalian tidak kaget? Mereka tidak jadi pasangan sampai sekarang? Kisah mereka bisa dijadikan novel..lol what”Jieun duduk di kursinya.

            “APA? MEREKA BUKAN PASANGAN?” Chanyeol berteriak saking kagetnya. Taemin mendelik kesal dan menjitak Chanyeol,menatapnya dengan tatapan yang seolah berkata  “bodoh”.

            “Aku teman semenjak bangku sekolah menengah pertamanya. Dia sudah terlihat menyukai Minho. Saat tahun pertama sekolam menengah atas,dia sempat berkata bahwa dia tertarik pada Minho,dia menyayanginya. Walaupun dia tidak bisa menyampaikannya..tapi coba hitung. Sulli sampai sekarang belum punya pacar lagi. Sudah berapa lama dia menunggu Minho? Apakah ini tidak tragis? Minho malah berpacaran dengan orang lain,dengan sunbae di Seouldae” Luna menjelaskan panjang lebar. Membuat yang lainnya menganga.

            “Gadis itu..sayang sekali ya”Kyungsoo menepuk jidatnya.

            “Ya..Padahal rasa sayang Sulli pada Minho begitu besar..”

When will my head erase you? (I will let you go)
One day, two days, one month, if long term then a few years (My baby can’t forget)..


            “Sulli!! Choi Sulli!! Tunggu!!” Minho berlari mengejar Sulli yang mempercepat langkahnya. Sampai akhirnya Sulli terjatuh,membuat ‘pelarian’nya terhenti. Minho menghampirinya.

“Apa lagi? Apa yang mau kau jelaskan? Tidak cukup kau menyakitiku? Tidak cukup aku yang berusaha seolah aku tidak apa-apa di depanmu?” Sulli akhirnya menangis. Minho menatap gadis itu dengan tatapan nanar.

“Sulli..”

“Aku mencintaimu bodoh!! Sangat mencintaimu,aku baru mengetahuinya sekarang! Aku sayang padamu! Aku ingin kau bahagia! Walaupun itu menyakitiku sekalipun..”Sulli berdiri,menundukkan kepalanya. Tidak mau menatap mata onyx milik Minho.

“Maafkan aku..aku tidak bisa menjadi apa yang kau harapkan..aku hanya tidak mau kita saling menjauh..”

“Lalu apa solusimu sekarang?”

“Aku hanya tidak ingin kehilanganmu..Sulli-ya..”

Sulli terlihat termenung. Dia ingin mengatakan sesuatu. Yang seharusnya tidak ia katakan.

“Dengarkan aku,Choi Minho..” Minho menatap mata Sulli lekat lekat. “Mungkin inilah jalan terbaik. Mulai saat ini,jangan kenal aku lagi. Anggap kita tidak pernah bertemu,hapus semua memori kita dulu..arra? Anggap ini semua mimpi terburuk dan terpanjangmu. Anggaplah nanti,itulah saat kau terbangun dari mimpimu..”Sulli mengambil dua langkah kebelakang. Lalu pergi entah kemana. Pertemuan…tragis.

And someday in your memories,
       I won’t live in it, you will erase me..


Desember 2014. Launching Novel pertama Sulli,di sebuah toko buku terkenal.

Sulli kini sudah berhasil menjadi seorang novelis handal. Kini,dia sedang sibuk menandatagani buku pertamanya. Dengan nama penanya yaitu ‘Jinri’,dia kini sudah diatas semua usaha dan keringatnya masa lalu.

“Terimakasih,selamat membaca bukunya!”Ucap Sulli ketika seorang gadis SMU membeli bukunya,gadis itu kini sudah pergi. Dan,jam penandatanganan novel kini sudah habis,dia beranjak dari bangkunya dan mengambil tasnya.

“Maaf nona! Bisa tolong tanda tangani buku ini? Sekali saja,aku ingin menemui seseorang yang sudah lama kutunggu,aku ingin menghadiahkannya bukumu,karena cerita di bukumu mirip sekali dengan kisah kami!” Seorang pemuda jangkung yang memakai kacamata hitam,yang membuat wajahnya tertutup berkata seperti itu pada Sulli.

“Okay! Semoga kau dan dia bahagia!” Sulli menandatangani buku itu,lalu dia pergi. Begitupula dengan pria itu.

“Yes! Sekarang tinggal menemui Sulli! Kudengar kini dia ada di Busan..aku akan kesana sekarang!”ucap pria itu pada dirinya sendiri,dengan semangat,dia kembali mengendarai mobil Hyundai-nya.

Sementara itu..

“Ya,tolong angkut barang-barangku di rumah yang di Busan,segera pindahkan ya. Aku sudah mendapatkan rumah di Jepang. Aku akan take-off besok. Ya ya,terimakasih Luna!”


Dan begitulah akhir kisah tragis mereka. Saling mencari satu sama lain,namun belum menemukannya. Kapankah mereka akan saling bertemu? Only the time,that can answer it..

Sincerenly,

-APEunji_Crown-


[ps: udah pernah di post di blog gua di simplifyourmind.blogspot.com]